Khutbah Jumat Tentang Kedudukan Akal Pikiran Dalam Islam
Khutbah Jumat Tentang Kedudukan Akal Pikiran Dalam Islam ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 5 Shafar 1441 H / 04 Oktober 2019 H.
Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Tentang Kedudukan Akal Pikiran Dalam Islam
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Allah memuliakan manusia dengan diberikan oleh Allah akal. Dengan akal itu adalah merupakan tempat ia menuntut ilmu, dengan akal itu ia memahami ilmu yang Allah turunkan, dengan akal itu ia memahami Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka dengan akal itu ia berpikir dan berpikir tentang hakikat tujuan kehidupan.
Allah memuji orang-orang yang menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Allah berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّـهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal pikiran. Yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah ketika ia berdiri, ketika ia duduk dan ketika ia berbaring. Dan Ia menggunakan akal pikirannya, ia memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Kemudian ia berkata, ‘Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab api neraka.‘” (QS. Ali-Imran[3]: 190-191)
Di sini Allah memuji orang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya, melihat penciptaan langit dan bumi, membaca ayat-ayat Allah yang sifatnya kauniyah maupun yang sifatnya naqliyah yang kemudian hasilnya adalah bertambah keimanan dia kepada Allah. Dia mengatakan:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلً
“Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau”
Maka ia sucikan Allah dari kesia-siaan setelah ia memikirkan betapa semua yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Semua yang Allah ciptakan semuanya bermanfaat dalam kehidupan manusia. Maka ia pun mengatakan, “Maha Suci Engkau ya Allah”. Lalu ia berlindung dari adzab neraka karena dengan seperti itu dia tahu bahwa janji Allah semuanya benar. Maka ia pun berlindung dari adzab api neraka.
Allah pun memuji orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Dan Allah menyebutkan bahwa tidak mungkin kita bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran, tidak mungkin kita mengambil pelajaran terhadap ummat-ummat yang telah lalu yang telah Allah ceritakan dalam Al-Qur’anul Karim, tidak mungkin kita mengambil pelajaran kecuali kalau kita menggunakan akal pikiran kita. Allah berfirman:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ ﴿٣٧﴾
“Sesungguhnya yang demikian itu peringatan bagi orang yang memiliki akal pikirannya, atau ia betul-betul menggunakan pendengarannya dalam keadaan ia menyaksikan dengan keilmuannya.” (QS. Qaf[50]: 37)
Ummatal Islam,
Allah menyuruh kita untuk memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan manfaat dunia dan akhirat kita. Sementara orang-orang yang tidak menggunakan akal pikirannya hanya sebatas memikirkan perut dan kemaluan saja, mereka itulah hakikatnya sifat daripada penduduk api neraka. Allah berfirman mensifati penduduk api neraka:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴿١٧٩﴾
“Sungguh Kami telah menciptakan untuk neraka jahanam itu penduduk-penduduknya. Mereka memiliki hati tapi mereka tidak menggunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata tapi tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, mereka memiliki telinga tapi tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, mereka bagaikan binatang ternak (karena binatang ternak itu tidak memiliki akal dan tidak diberikan oleh akal pikiran). Bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak.” (QS. Al-A’raf[7]: 179)
Kenapa mereka lebih sesat dari binatang ternak?
Karena walaupun binatang ternak tidak mempunyai akal pikiran, tapi mereka punya insting yang dengan instingnya mereka bisa memilah dan membedakan mana makanan yang bermanfaat untuk tubuhnya dan mana yang tidak. Sementara manusia yang diberikan oleh Allah akal pikiran ternyata tidak bisa membedakan.
Subhanallah.. Betapa rendah dan hinanya seseorang yang pikirannya hanya tentang syahwat dan kemaluan saja. Betapa rendahnya orang-orang yang kemudian meninggalkan ayat-ayat Allah, tidak menggunakan akal pikirannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Ia lebih memikirkan tentang dunianya, tentang harta, tentang wanita, tentang syahwat, sehingga akhirnya ia lebih memilih mengikuti hawa nafsu dan syahwatnya. Demi Allah, orang seperti ini tidak akan lagi bermanfaat ilmu untuknya. Sebagaimana Allah menceritakan dalam surat Al-A’raf ayat 175:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ﴿١٧٥﴾ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ
“Bacakan kepada mereka tentang kisah orang yang telah Kami ajarkan ayat-ayat Kami kepadanya. Lalu ia lepas dari ayat Kami, lalu setan mengikutinya, dan merekapun termasuk orang-orang yang sesat. Kalaulah Kami kehendaki, Kami muliakan mereka dengan ayat-ayat Kami itu. Akan tetapi ia lebih condong kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya” (QS. Al-A’raf[7]: 175-176)
Lalu Allah memberikan perumpamaan yang hina terhadap orang seperti itu:
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ
“Perumpamaan dia bagaikan anjing.” (QS. Al-A’raf[7]: 176)
Subhanallah saudaraku sekalian, orang yang lebih memikirkan syahwat dan hawa nafsunya, tidak pernah berusaha untuk memahami dan menggunakan akal pikirannya untuk memahami ayat-ayat Allah, Allah turunkan Al-Qur’an bukan hanya sebatas hiasan dinding, Allah turunkan Al-Qur’an untuk kita pelajari, untuk kita pahami, untuk kita berusaha amalkan dan aplikasikan dalam kehidupan kita.
Rasulullah pun telah menyampaikan petuah-petuahnya yang agung, bimbingan-bimbingan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia. Sungguh celaka mereka yang tidak mau menggunakan akal pikirannya untuk memahami itu semuanya.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Khutbah kedua – Khutbah Jumat Tentang Kedudukan Akal Pikiran Dalam Islam
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Allah melebihkan Nabi Adam diatas para Malaikat bukan dengan keistimewaan tubuh, bukan dengan kecantikan paras, akan tetapi Allah istimewakan Nabi Adam di atas malaikat dengan ilmu dan akal. Maka Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam karena Allah berikan kepada Nabi Adam ilmu yang tidak Allah berikan kepada para Malaikat.
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ
“Maka Allah mengajarkan Nabi Adam seluruh nama, maka dengan ilmu tersebut Allah muliakan Nabi Adam di atas seluruh Malaikat-Malaikat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 31)
Akan tetapi ketika seorang hamba tidak menggunakan akal pikirannya, maka ia lebih rendah daripada binatang ternak. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله:
Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Kedudukan Akal Pikiran Dalam Islam
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47784-khutbah-jumat-tentang-kedudukan-akal-pikiran-dalam-islam/